Network
GARUDA SPORT - Tommy Welly atau yang dikenal dengan Bung Towel menjadi musuh banyak fans timnas Indonesia. Pasalnya, ia kerap memberikan pendapatnya berdasarkan kebencian terhadap Shin Tae-yong. Hal itu diperkuat dengan pelatih asal Korea Selatan itu yang banyak memakai pemain keturunan Indonesia dibanding pemain lokal.
Pendapat yang disampaikan juga tidak hanya membuat fans timnas Indonesia membencinya, namun sesama pundit juga membencinya. Bahkan salah satu pundit sepak bola Indonesia terang-terangan tidak mau satu acara dengan Bung Towel adalah Justinus Lhaksana alias Coach Justin.
Mengetahui banyaknya musuh dari Tommy Welly, Hinca Panjaitan yang merupakan anggota Komisi III DPR RI itu memberikan tanggapannya. Menurutnya, orang yang kritis seperti Tommy Welly diperlukan untuk sepak bola Indonesia. Hal itu bertujuan agar dapat menjaga integritas sepak bola Indonesia.
"Naturalisasi untuk memanggil kembali mereka (pemain keturunan Indonesia) untuk pulang kembali ke asalnya. Sehingga, naturalisasi tidak menjadi polemik antara Bung Towel dengan Erick Thohir, Bung Towel melawan Timnas Indonesia, dan Bung Towel melawan netizen Indonesia," kata Hinca Panjaitan mengenai polemik naturalisasi atau pemain keturunan Indonesia.
"Karena Bung Towel sangat kritis terhadap pemain naturalisasi. Kita butuh orang seperti Towel di sepak bola Indonesia. Karena kita butuh dia untuk menyeimbangakan kritik-kritik kita terhadap sepak bola Indonesia. Selain itu, kita butuh Bung Towel untuk menjaga integritas sepak bola kita," terangnya sambil membela Tommy Welly.
Memang kritik tetap dibutuhkan untuk sepak bola Indonesia yang lebih baik dan membangun. Hanya saja, Tommy Welly yang terlalu pro dengan pemain lokal tidak melihat pembinaan usia dini di berbagai daerah. Hanya sedikit pembinaan sepak bola usia dini yang optimal dan sesuai standar pemain internasional.
Selain itu, Bung Towel terlalu berbeda dalam mengemukakan pendapat. Hanya karena sangat ingin berbeda dari Shin Tae-yong, ia malah menjadi musuh bagi fans timnas Indonesia dan netizen Indonesia. Pendapat boleh berbeda, namun harus objektif dan sesuai dengan keadaan saat ini. ***
