Network
GARUDA SPORT - Saat ini, fans timnas Indonesia kecewa dan marah dengan salah satu anggota DPR RI, Putra Nababan. Kemarahan itu didasari oleh ucapannya saat sidang permohonan kewarganegaraan Calvin Verdonk dan Jens Raven pada Senin, 3 Juni kemarin.
Pasalnya, mantan pembawa berita dalah satu stasiun TV di Indonesia mengatakan jika timnas Indonesia wajib diisi oleh 60 persen pemain lokal.
"Kalau bisa, komposisi pemain timnas Indonesia di lapangan diisi oleh 60 persen pemain lokal, jangan semuanya pemain naturalisasi," kata Putra Nababan.
"Kalau di DPR ini masalah politik, bukan olahraga. Olahraga itu politik juga. Jadi harus ada kepercayaan," lanjutnya.
"Kalau bicara sepakbola secara murni, silahkan di PSSI. Kalau di Komisi X DPR RI, kami harus pertimbangkan masalah politik dan kepercayaan publik," terang mantan pembawa berita salah satu stasiun TV swasta di Indonesia.
"Saya minta kalau 60 persen yang bermain di lapangan adalah pemain lokal. Jangan 60 persen diisi oleh pemain naturalisasi," tutup Putra Nababan yang dikutip dari channel YouTube DPR RI.
Dengan kualitas pemain lokal Indonesia yang banyak dibawah standar untuk bersaing, apakah yakin Indonesia akan berprestasi di sepak bola internasional? Jangankan level dunia, kualitas pemain lokal Indonesia kebanyakan tidak mampu bersaing di Asia Tenggara.
Mendengar kata-kata itu, banyak netizen Indonesia yang menghujat anggota DPR RI itu. Apalagi, Putra Nababan merupakan salah satu dari partai politik yang sempat menjadi terbesar di Indonesia.
Bagi fans timnas Indonesia yang benar-benar mendukung kemajuan timnas Indonesia di kancah dunia, kemajuan positif ini tidak boleh dihentikan oleh seorang DPR RI sekalipun alasannya minimnya pemain lokal. Pemain naturalisasi yang merupakan keturunan Indonesia punya ilmu sepakbola yang jauh lebih baik dibandingkan dengan pemain lokal Indonesia.
Masyarakat Indonesia cukup senang dengan kemajuan timnas Indonesia saat ini. Jangan hanya karena seorang DPR RI yang merasa dirinya mewakili rakyat, namun yang terjadi justru menjadi bumerang bagi dirinya dan partai pengusungnya. Hal itu bisa diperparah dengan performa timnas Indonesia yang menurun karena intervensi DPR RI dalam sepak bola.
