Diawali Kedatangan Luis Milla, Disempurnakan STY. Inilah Revolusi Permainan Timnas Indonesia

26 April 2024, 16:22 WIB
Pelatih Timnas Indonesia Shin Tae Yong saat memberikan keterangan pers. /pssi.org/

GARUDA SPORT - Telah bertahun-tahun masyarakat Indonesia ingin menonton permainan timnas Indonesia yang bagus, layaknya negara kuat di sepakbola. Dengan dipoles oleh pelatih asal Korea Selatan, Shin Tae-yong, permainan timnas Indonesia jauh lebih baik dan enak ditonton. 

Pelatih yang dahulu pernah bermain untuk timnas Korea Selatan itu menghidupkan kembali harapan masyarakat Indonesia yang ingin lihat permainan timnas yang jauh lebih baik. Namun sebelum Shin Tae-yong hadir, harapan itu sudah dibangun oleh pelatih asal Spanyol, Luis Milla. Sayangnya, harapan itu dirusak oleh PSSI yang kala itu dipimpin oleh Edy Rahmayadhi. 

Sejak 1998 hingga 2017, permainan timnas Indonesia tidak mengalami perubahan dan perkembangan yang positif. Padahal, beberapa pelatih dari negara Eropa maupun Amerika Latin silih berganti melatih timnas Indonesia. Kala itu, orientasi pelatih timnas Indonesia meraih hasil maksimal, paling tidak meraih gelar. 

Oleh karenanya, pelatih terdahulu hanya mementingkan gelar daripada membangun sistem permainan timnas Indonesia. Alih-alih ikut perkembangan sepakbola modern, para pelatih timnas Indonesia terdahulu hanya terapkan sepakbola yang pragmatis.

Tidak punya visi bermain dan melupakan teknik, yang penting berlari hingga masuk kotak pinalti lawan, dan mencetak gol. Walau sering memberikan umpan lambung yang jauh, akurasinya sangat mengecewakan. 

Hingga akhirnya timnas Indonesia kedatangan sosok Luis Milla Aspas sebagai pelatih timnas Indonesia pada 2017. Kala itu, Edy Rahmayadhi optimis dengan hadirnya pelatih asal Spanyol itu dapat membuat timnas Indonesia jauh lebih baik. 

Luis Milla bukan pelatih yang tidak punya pengalaman. Dahulu, Luis Milla pernah membawa timnas Spanyol U-21 meraih gelar Euro pada 2011 di Denmark. Kala itu, timnas Spanyol U-21 diperkuat oleh Thiago, gelandang Liverpool, Iker Muniain, gelandang Athletic Bilbao, hingga Cesar Azpilicueta, bek sayap Atletico Madrid. 

Dirinya juga punya gaya bermain ala Spanyol karena pernah membela 2 tim besar La Liga, yaitu Reak Madrid dan FC Barcelona. Dengan begitu, masyarakat Indonesia ingin melihat permainan timnas Indonesia yang mirip dengan FC Barcelona era Pep Guardiola, yaitu tiki-taka. Luis Milla yang berpaham penguasaan bola dalam taktik bermainnya ingin tularkan tiki-taka ke permainan timnas Indonesia. 

Pada awalnya, para pemain timnas Indonesia kesukitan menerapkan permainan tiki-taka ala Luis Milla. Kala itu, Luis Milla menemukan beberapa kendala, seperti salah umpan, minim agresivitas, hingga gampang panik saat ditekan lawan. Dengan segala kelemahan yang ads di pemain timnas Indonesia, ia menerima apa adanya. 

Alih-alih mengeluh, ia lebih sering berkomunikasi dengan PSSI. Salah satu cara untuk mengetahui kondisi sepakbola Indonesia saat itu adalah dengan mengikuti program pelatnas PSSI. Kala itu, Luis Milla terapkan program pelatnas jangka pendek dengan pemain yang baru berkumpul 3 hingga 5 hari jelang laga internasional. 

Program semacam itu telah diterapkan di beberapa negara dengan sepakbola yang jago karena program pelatnas jangka panjang yang tidak relevan dan kompetisi yang padat. Dengan begitu, metode ini membuat jadwal tidak berbenturan dengan tim. Bahkan Luis Milla memberi masukan kepada tim-tim yang ada di Indonesia. 

Saat melatih timnas senior maupun U-23, Luis Milla kerap menggunakan metode yang mendetail dan terperinci. Tujuannya agar dirinya bisa menilai pemain timnas seobjektif mungkin. Pemain timnas Indonesia kala itu terus digenjot hingga mereka bermain sesuai dengan keinginan pelatih asal Spanyol itu. 

Berkat dirinya yang pernah dilatih oleh Johan Cryuff hingga Claudio Ranieri saat menjadi pemain, Luis Milla mengkombinasikan penyerangan ala total football FC Barcelona dan pertahanan yang apik Real Madrid. Dengan begitu, permainan timnas Indonesia enak ditonton layaknya menonton laga tim top Eropa. 

Hal itu terlihat dalam ajang Asian Games 2018 yang dimana timnas Indonesia U-23 hanya kebobolan 5 gol dari 5 laga. Saat ditonton, permainan timnas Indonesia dibawah kepelatihan Luis Milla lebih cantik, atraktif, dan ada unsur hiburan. Kala itu, penguasaan bola jauh lebih baik dari sebelumnya. 

Selama berkarier di timnas Indonesia, baik melatih timas senior maupun U-23, Luis Milla berhasil meraih 13 laga menang dan 9 laga kalah dari 29 laga yang dimainkan. Bahkan Luis Milla hanya kalah 3 kali dari negara ASEAN. Walau begitu, timnas yang bermain bagus tidak menjamin bahwa meraih gelar. 

Sepanjang berkarier, tidak ada gelar apapun yang diraih timnas Indonesia. Selama melatih, pencapaian terbaiknya adalah medali perunggu SEA Games 2017 dan 16 besar Asian Games 2018. Setelah itu, hubungan pelatih asa Spanyol itu dengan PSSI merenggang. 

Renggangnya hubungan baik itu diawali dengan terungkapnya bahwa gaji Luis Milla belum dibayar selama 3 bulan. Hal itu diperkuat dengan Luis Milla yang aktif mengkritik PSSI jelang kontranya habis. Saat itu, dirinya berada di Spanyol karrna liburan dan mengambil kursus kepelatihan. 

Dengan begitu, kontrak Luis Milla Aspas tidak dilanjutkan dan posisinya digantikan oleh Bima Sakti. Walau pelatih lokal, ia bisa menerapkan pola permainan yang sudah dibangun oleh Luis Milla. Sempat ada isu Luis Milla akan kembali ke Indonesia, namun PSSI tidak kunjung memblikan tiket ke mantan pelatih timnas Spanyol U-21 itu. 

Singkat cerita, permainan timnas Indonesia kembali ke setelan pabrik. Walau strategi yang diterapkan tidak jauh dari yang diajarkan Luis Milla, namun permainannya kembali kacau. Buktinya, timnas Indonesia gagal di AFF Cup 2018 dan hanya sampai fase grup. 

Setelahnya, PSSI menunjuk Simon McMenemy, yang kala itu menjabat sebagai pelatih Bhayangkara FC dan pernah melatih timnas Filipina. Meski berhasil membawa Bhayangkara FC meraih prestasi, namun melatih tim sepakbola Indonesia dengan melatih timnas Indonesia berbeda rasanya. Ditangan pelatih asal Skotlandia itu, permainan Indonesia makin memburuk. 

Di Kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Asia, timnas Indonesia gagal total. Dari 7 laga, Simon McMenemy hanya berhasil mennag 2 laga saja. Karier Simon McMenemy berubah setelah Ketua Umum PSSI dijabat oleh Iwan Bule yang memilih untuk memecatnya. 

Sebagai gantinya, PSSI mengontrak Shin Tae-yong sebagai pelatih timnas Indonesia pada penghujung Desember 2019. Ratu Tisha yang menjabat sebagai Sekretaris Jenderal PSSI berperan dalam perekrutan pelatih asal Korea Selatan itu. 

Karakter mantan pemain timnas Korea Selatan itu berbeda dengan pealtih timnas sebelumnya. Walau sama dalam hal ketegasan, namun strategi bermainnya berbeda dengan Luis Milla. Shin Tae-yong merupakan pelatih dengan gaya bermain yang pragmatis dan simpel. 

Layaknya Ignasius Jonan yang memperbaiki toilet saat awal menjabat sebagai Direktur PT. KAI, Shin Tae-yong memperbaiki kualitas umpan dari pemain timnas Indonesia saat awal melatih. Karena itu, Shin Tae-yong membangun permainan timnas Indonesia dari minus karena mendapatkan kualitas pemain yang jauh dibawah standarnya. 

Dengan begitu, Shin Tae-yong memperbaiki dasar permainan sepakbola sebelum membahas taktik dan gaya permainan. Selain memperbaiki kualitas umpan, mental dan stamina juga diperbaikinya. Dengan begitu, legenda Seongnam itu punya latihan yang intens dan keras. 

Hasilnya, Shin Tae-yong berhasil mengubah timnas Indonesia secara perlahan. Perubahan mulai muncul dari kualitas umpan yang punya visi, mental yang tidak gentar saat ditekan lawan, hingga tenang dalam menguasai bola. Apalagi, Shin Tae-yong mengambil langkah dengan memotong 1 generasi yang tidak bisa diselamatkan. 

Beberapa pemain lokal yang kurang mendapat perhatian, namun mereka berhasil memberikan kontribusi yanv positif sejak dipoles STY. Walau tetap tidak menghasilkan trofi, namun setidaknya timnas Indonesia berhasil mencapai hasil yang luar biasa. 

Saat awal kedatangan Shin Tae-yong, peringkat FIFA timnas Indonesia berada di peringkat ke-173. Pasca kalahkan Vietnam dengan skor 1-0 dan 3-0, ranking FIFA timnas Indonesia berada di peringkat ke-134. Selain itu, pencapaian seperti lolos fase grup Piala Asia 2023 telah tercapai. Kini, target timnas Indonesia U-23 yang lolos perempatfinal Piala Asia U-23 2024 telah dilewati. 

Bahkan, timnas Indonesia U-23 berpeluang akan berlaga di Olimpiade 2024 di Paris, Prancis. Hal itu bisa dipastikan setelah berhasil kalahkan Korea Selatan U-23 dengan skor 2-2 (pinalti 11-10) dan lolos ke semifinal. ***

Editor: Arief Farizham

Sumber: YouTube Starting Eleven Story

Tags

Terkini

Terpopuler